Panduan Laporan Keuangan Usaha Kue
Sferabisnis.com - Dalam menjalankan usaha kue, banyak pelaku bisnis yang fokus pada rasa, tampilan, dan pemasaran produk. Namun, satu aspek yang sering terlupakan namun sangat krusial adalah laporan keuangan. Tanpa pencatatan yang jelas, usaha sekecil apa pun bisa kesulitan berkembang, bahkan berisiko merugi tanpa disadari.
Laporan keuangan bukan hanya untuk perusahaan besar. Usaha kue rumahan pun bisa mendapat banyak manfaat dengan menyusun laporan sederhana. Dari mengetahui keuntungan sebenarnya hingga memutuskan strategi produksi, semua bisa ditentukan lewat angka-angka yang akurat.
Mengapa Usaha Kue Harus Punya Laporan Keuangan?
Banyak pemilik usaha kue memulai dari skala kecil, seperti menjual lewat media sosial, menitipkan di warung, atau menerima pesanan dari tetangga. Dalam skala ini, kadang pencatatan keuangan dianggap tidak perlu. Padahal, mencatat transaksi harian dapat menjadi fondasi yang menyelamatkan bisnis dalam jangka panjang.
Laporan keuangan membantu kamu mengetahui apakah usaha benar-benar untung atau tidak, berapa besar biaya produksi, produk mana yang paling efisien, dan kapan harus menaikkan harga. Selain itu, jika suatu saat kamu ingin mengajukan pinjaman usaha atau menjalin kemitraan, laporan ini menjadi bukti profesionalisme dan kredibilitas bisnis kamu.
Jenis Laporan Keuangan yang Dibutuhkan Usaha Kue
Ada tiga jenis laporan keuangan sederhana yang penting untuk kamu buat. Pertama, catatan pemasukan dan pengeluaran harian. Ini berisi seluruh transaksi, mulai dari penjualan kue, pembelian bahan baku, hingga biaya ongkir atau kemasan. Meski terlihat sepele, catatan harian inilah yang menjadi bahan utama untuk laporan bulanan.
Kedua, laporan laba rugi bulanan. Di sini, kamu bisa menjumlahkan seluruh pemasukan dalam satu bulan, kemudian mengurangkan semua biaya seperti bahan baku, listrik, gas, transportasi, dan lainnya. Hasil akhirnya menunjukkan berapa laba atau rugi yang kamu hasilkan dalam periode tersebut.
Ketiga, laporan arus kas. Berbeda dengan laba rugi, arus kas mencatat kapan uang benar-benar masuk dan keluar. Jadi, kalau ada penjualan yang belum dibayar, itu belum dicatat sebagai uang masuk. Laporan ini berguna untuk memastikan usaha kamu selalu punya cukup dana tunai untuk operasional harian.
Tips Membuat Laporan Keuangan yang Mudah dan Praktis
Kamu tidak perlu latar belakang akuntansi untuk bisa membuat laporan keuangan. Yang kamu butuhkan hanyalah konsistensi dan pemahaman dasar. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:
Pertama, pisahkan keuangan pribadi dan usaha. Banyak pengusaha kecil mencampur kedua uang ini, sehingga sulit mengetahui performa bisnis yang sebenarnya. Solusinya bisa sesederhana membuat rekening terpisah atau menggunakan dompet digital khusus usaha.
Kedua, biasakan mencatat transaksi setiap hari. Luangkan waktu 15–30 menit setiap malam untuk menulis semua pemasukan dan pengeluaran. Semakin rutin kamu mencatat, semakin akurat laporan keuanganmu.
Ketiga, simpan semua bukti transaksi. Struk belanja bahan, screenshot transfer, hingga catatan penjualan online perlu kamu arsipkan. Ini akan sangat membantu ketika kamu ingin merekap laporan bulanan.
Keempat, manfaatkan aplikasi sederhana. Kalau kamu tidak nyaman menggunakan buku tulis atau Excel, kamu bisa pakai aplikasi keuangan gratis seperti TemanBisnis, Catatan Keuangan Harian, atau Kledo versi free. Banyak dari aplikasi ini sudah menyediakan fitur otomatisasi laporan.
Kelima, gunakan template yang sesuai dengan jenis usaha kue. Misalnya, kamu bisa membuat daftar penjualan harian per produk, lalu membuat rekap bulanan untuk melihat performa masing-masing kue. Dari situ, kamu bisa tahu mana produk yang paling untung dan mana yang sebenarnya membebani usaha.
Contoh Laporan Keuangan Usaha Kue
Bayangkan kamu menjual brownies, bolu kukus, dan nastar. Setiap hari kamu mencatat berapa banyak yang terjual dan berapa uang yang masuk. Kamu juga mencatat setiap pembelian bahan seperti tepung, gula, telur, serta biaya tambahan seperti kemasan atau bensin saat mengantar pesanan.
Setelah satu bulan, kamu menjumlahkan semua pemasukan dari penjualan, kemudian mengurangkannya dengan seluruh biaya produksi dan operasional. Jika total pemasukanmu Rp 10 juta dan total pengeluaranmu Rp 7 juta, maka laba bersih kamu adalah Rp 3 juta.
Namun, itu hanya di atas kertas. Untuk memastikan arus kas positif, kamu juga perlu mencatat kapan uang tersebut benar-benar diterima. Misalnya, kalau ada pesanan dari reseller yang baru dibayar dua minggu kemudian, kamu harus menyesuaikannya dalam laporan arus kas.
Studi Nyata: Rani, Pemilik Usaha Kue Basah
Rani memulai usahanya dengan membuat kue untuk pengajian dan pesanan tetangga. Awalnya, ia mencatat semua transaksi di WhatsApp dan mengandalkan ingatan. Lama-lama, ketika pesanan mulai banyak dan muncul tawaran dari toko oleh-oleh, ia kewalahan. Uang masuk banyak, tapi tidak terasa untung.
Setelah belajar dari YouTube dan mengunduh template laporan keuangan sederhana, Rani mulai disiplin mencatat semua transaksi. Ia menemukan bahwa beberapa produk justru membuatnya rugi karena biaya bahan dan tenaga terlalu tinggi dibandingkan harga jual. Akhirnya, ia mengganti strategi: mengurangi varian yang kurang efisien, menaikkan harga produk tertentu, dan mencari supplier bahan baku lebih murah.
Dalam tiga bulan, laba bersihnya naik 25% dan ia bisa memperkirakan kapan saat yang tepat untuk membeli oven baru. Tanpa laporan keuangan, semua itu tidak akan terlihat.
Template Gratis yang Bisa Kamu Gunakan
Kalau kamu ingin memulai sekarang juga, kamu bisa mencari template laporan keuangan di Google Sheets atau Excel. Biasanya sudah tersedia format harian, mingguan, dan bulanan yang bisa langsung kamu edit sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh, kamu bisa menggunakan satu lembar untuk mencatat penjualan harian, satu lembar untuk pengeluaran bahan baku dan operasional, lalu satu lembar lagi untuk menghitung laba rugi per bulan. Jika kamu sudah terbiasa, kamu juga bisa mulai menambahkan analisis tren penjualan atau menghitung margin keuntungan tiap produk.
Untuk informasi lebih lengkap dan praktis tentang laporan keuangan usaha kuliner, kamu bisa membaca berbagai panduan dari Sferabisnis.com yang menyajikan tips seputar pencatatan keuangan, strategi pricing, dan pengelolaan bisnis kuliner skala UMKM.
Kalau kamu mau, aku juga bisa bantu bikinkan template Excel sesuai struktur artikel ini. Mau sekalian aku bantu buatkan?
You said:
ChatGPT said:
Siap! Berikut versi artikel dalam bahasa santai dan tetap sepanjang kurang lebih 1000 kata, dengan judul dan struktur sama. Gaya ngobrol, tapi tetap informatif dan rapi. Anchor text "laporan keuangan usaha kuliner" tetap ngelink ke Sferabisnis.com.
Panduan Laporan Keuangan Usaha Kue: Contoh, Tips, dan Template Gratis
Kalau kamu punya usaha kue, entah itu kue basah, kue kering, atau dessert kekinian, pasti tahu betapa sibuknya ngurus produksi, kemasan, promosi, sampai ngantar pesanan. Tapi di balik semua itu, ada satu hal penting yang sering banget dilewatkan: ngurus laporan keuangan.
Yup, laporan keuangan itu bukan cuma buat perusahaan besar aja. Usaha kue rumahan juga butuh. Kenapa? Karena dari situ kamu bisa tahu usaha kamu beneran untung atau cuma rame order tapi gak ada sisa duit.
Kenapa Usaha Kue Harus Punya Laporan Keuangan?
Bayangin kamu jualan kue tiap hari, orderan banyak, transferan masuk terus. Tapi kok pas akhir bulan, duitnya gitu-gitu aja? Nah, ini sering kejadian kalau kita gak pernah nyatet uang masuk dan keluar.
Laporan keuangan itu ibarat peta buat usaha kamu. Dari situ kamu bisa tahu:
-
Produk mana yang paling cuan
-
Pengeluaran apa yang paling nguras dompet
-
Kapan kamu bener-bener untung
-
Kapan saat yang tepat buat nambah modal atau beli alat baru
Dan kalau kamu suatu saat mau cari investor, gabung kemitraan, atau ngajuin pinjaman usaha, laporan keuangan yang rapi bikin kamu kelihatan profesional banget.
Jenis Laporan Keuangan yang Perlu Kamu Bikin
Gak usah ribet-ribet, ada tiga jenis laporan yang bisa kamu mulai dari sekarang:
1. Catatan Harian
Ini paling dasar. Setiap hari, kamu tulis semua penjualan dan pengeluaran. Misalnya hari ini kamu jual 10 loyang brownies, 5 toples nastar, terus beli tepung, gula, dan kemasan — semua kamu catat.
2. Laporan Laba Rugi Bulanan
Nah, dari catatan harian itu, kamu rekap bulanan. Jumlahin semua pemasukan, terus kurangi dengan semua pengeluaran (bahan, ongkos, listrik, dll). Hasil akhirnya, kamu bisa lihat bulan ini untung atau rugi.
3. Arus Kas (Cash Flow)
Kalau laporan laba rugi ngeliat dari total angka, arus kas ngeliat dari kapan uang beneran masuk dan keluar. Jadi kalau kamu punya pelanggan yang bayar mundur seminggu, itu belum dihitung masuk dulu.
Tips Bikin Laporan Keuangan yang Gak Bikin Pusing
Tenang, kamu gak perlu jadi akuntan buat bisa bikin laporan yang oke. Ini dia beberapa tips yang bisa bantu:
1. Pisahin Uang Usaha dan Uang Pribadi
Ini penting banget. Jangan campur aduk, ya! Kalau bisa, bikin rekening atau dompet digital khusus buat usaha.
2. Rajin Catat Tiap Hari
Gak perlu lama-lama. Cukup 10–15 menit sebelum tidur buat nulis transaksi hari itu. Biar gak numpuk dan lupa.
3. Simpen Bukti-Bukti Transaksi
Struk belanja, nota pembelian bahan, screenshot transfer—semua penting. Simpen aja di folder HP atau satu map khusus.
4. Manfaatin Aplikasi
Sekarang banyak banget aplikasi pencatatan keuangan gratis yang simpel, kayak TemanBisnis atau Kledo versi gratis. Kalau kamu suka ngetik di HP, tinggal input aja tiap transaksi langsung dari aplikasi.
5. Pakai Template yang Sesuai
Kalau kamu anak Excel atau Google Sheets, banyak kok template gratisan yang tinggal pakai. Kamu bisa atur sesuai jenis produk atau kebutuhan kamu.
Contoh Kasus: Jualan Kue, Tapi Kok Gak Berasa Untung?
Misalnya kamu jualan kue basah. Dalam sehari, kamu bisa dapet pemasukan Rp500.000 dari pesanan. Tapi kamu juga belanja bahan, beli plastik, bayar tukang antar, dan pakai gas buat ngukus.
Pas kamu catat semua, ternyata dari Rp500.000 itu, yang beneran “bersih” cuma Rp150.000. Nah lho, kalau kamu gak catat, bisa-bisa kamu kira udah untung gede, padahal baru balik modal.
Dengan laporan yang rapi, kamu bisa lihat mana pengeluaran yang bisa ditekan, kayak cari supplier bahan yang lebih murah, atau ganti kemasan yang lebih hemat.
Cerita Nyata: Rani Si Penjual Kue Basah
Rani mulai usaha kue dari rumah. Awalnya cuma buat acara pengajian. Lama-lama orderan makin banyak, bahkan ada yang minta titip jual di toko. Tapi makin rame, makin bingung—duit masuk banyak, tapi gak tau ke mana perginya.
Akhirnya Rani mulai belajar catat pemasukan dan pengeluaran pakai aplikasi gratisan. Dia jadi tahu ternyata ada beberapa jenis kue yang modalnya gede tapi marginnya kecil. Dia juga sadar sering bon belanja tapi lupa nyatet.
Setelah tiga bulan rutin bikin laporan keuangan, Rani mulai bisa atur strategi: stop jual produk yang kurang cuan, naikin harga yang terlalu murah, dan bisa nabung buat beli oven baru.
Template Laporan Gratis Buat Kamu yang Mau Langsung Coba
Gak usah bingung mulai dari mana. Di Google banyak banget template laporan keuangan yang bisa kamu download gratis. Tinggal isi sesuai transaksi kamu. Ada yang harian, mingguan, sampai bulanan.
Misalnya, kamu bisa punya satu file buat:
-
Catatan penjualan harian
-
Catatan pengeluaran bahan dan ongkos lain
-
Rekapan bulanan laba rugi
-
Daftar produk dan margin tiap kue
Kalau kamu konsisten pakai, dijamin usaha kamu makin terarah. Dan kamu gak perlu nebak-nebak lagi: “Bulan ini untung gak sih?”
Kalau kamu pengin belajar lebih lengkap, kamu bisa baca panduan lengkap tentang laporan keuangan usaha kuliner di Sferabisnis.com. Di sana ada tips-tips praktis buat UMKM kuliner kayak kamu, mulai dari pencatatan keuangan sampai strategi mengembangkan usaha.