Dark

5 Kekurangan Utama Usaha Produk Nonpangan Herbal dan Cara Mengatasinya

Sferabisnis.com - Usaha produk nonpangan herbal kini semakin digemari karena meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan bahan-bahan alami. Produk seperti minyak esensial, salep herbal, sabun organik, aromaterapi, hingga kapsul suplemen herbal banyak diminati sebagai alternatif dari produk berbahan kimia. Namun, di balik peluang yang besar, pelaku usaha di bidang ini juga harus menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa dianggap remeh.

Untuk Anda yang baru akan memulai atau sedang menjalankan bisnis produk herbal nonpangan, memahami kekurangannya dapat menjadi langkah penting agar bisnis bisa tumbuh secara berkelanjutan. Berikut adalah lima kekurangan utama dari usaha produk nonpangan herbal beserta cara mengatasinya.

1. Sulitnya Mendapatkan Bahan Baku Berkualitas Secara Konsisten


Salah satu tantangan terbesar dalam usaha herbal adalah mendapatkan bahan baku alami yang berkualitas secara berkelanjutan. Banyak pelaku usaha mengandalkan petani lokal atau pengumpulan tanaman liar dari alam, yang sangat bergantung pada musim, cuaca, dan ekosistem.

Misalnya, daun sambiloto, temulawak, atau minyak atsiri dari sereh wangi hanya bisa dipanen pada waktu tertentu. Ketika panen gagal atau cuaca tidak mendukung, ketersediaan bahan baku terganggu. Ini akan berdampak langsung pada produksi dan kualitas akhir produk.

Cara Mengatasinya:
Bangun kerja sama jangka panjang dengan petani atau koperasi tani lokal. Berikan edukasi tentang standar kualitas dan sistem tanam berkelanjutan. Anda juga bisa mempertimbangkan budidaya bahan herbal tertentu secara mandiri atau bekerja sama dengan akademisi dalam bidang pertanian herbal.

2. Minimnya Riset Ilmiah dan Standarisasi Produk


Kelemahan lainnya adalah kurangnya riset ilmiah dan bukti medis yang kuat terhadap efektivitas produk herbal, terutama untuk produk baru atau racikan khusus. Konsumen modern, terutama di kalangan urban, semakin kritis dalam memilih produk. Mereka mencari bukti, sertifikasi, atau uji klinis sebagai dasar kepercayaan.

Tanpa standarisasi dan riset pendukung, produk herbal rawan dicap sebagai "tidak ilmiah" atau sekadar mitos. Ini juga menyulitkan jika ingin masuk ke retail modern atau menjalin kerja sama ekspor.

Cara Mengatasinya:
Lakukan uji laboratorium dasar, seperti uji mikrobiologi atau analisis bahan aktif. Anda bisa menggandeng laboratorium swasta atau kampus dengan jurusan farmasi/herbal. Sertakan informasi tersebut di kemasan atau website produk untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

3. Perizinan dan Regulasi yang Rumit

Salah satu alasan utama banyak pelaku UMKM produk herbal memilih skala rumahan adalah karena sulitnya mengurus legalitas. Produk nonpangan herbal seperti minyak gosok, sabun, atau aromaterapi tetap membutuhkan izin edar yang sesuai dari BPOM atau Dinas Kesehatan.

Pengurusan izin seperti Notifikasi Kosmetika, PIRT, atau CPOTB sering kali membingungkan dan memakan biaya. Banyak pelaku usaha berhenti di tengah jalan karena terhambat regulasi ini.

Cara Mengatasinya:
Mulailah dengan perizinan dasar seperti PIRT dari Dinas Kesehatan setempat. Jika produk Anda masuk kategori kosmetik, pertimbangkan kemitraan dengan maklon (jasa pembuatan produk) yang sudah memiliki izin lengkap. Anda juga bisa bergabung dengan komunitas UMKM atau koperasi yang sering mengadakan pelatihan dan pendampingan legalitas.

4. Edukasi Konsumen Masih Terbatas

Meskipun pasar produk herbal terus tumbuh, sebagian besar masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memahami fungsi, cara pakai, dan batasan penggunaan produk herbal nonpangan. Banyak yang beranggapan bahwa semua produk herbal aman digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping, padahal beberapa bahan herbal tetap memiliki batas dosis dan interaksi tertentu.

Kurangnya pemahaman ini bisa menjadi bumerang bagi pelaku usaha ketika konsumen merasa tidak puas karena hasil tidak sesuai harapan, atau mengalami efek yang tidak diinginkan.

Cara Mengatasinya:
Berikan edukasi secara konsisten di media sosial, blog, atau kemasan produk. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan hindari klaim yang berlebihan. Jelaskan manfaat secara realistis dan sertakan cara penggunaan yang aman. Pelaku usaha juga bisa membuat video tutorial atau sesi live edukatif.

5. Persaingan dengan Produk Komersial dan Penetrasi Pasar yang Terbatas

Pasar herbal nonpangan tidak hanya diisi oleh UMKM lokal, tetapi juga oleh perusahaan besar yang memiliki dana pemasaran, brand awareness, dan distribusi yang jauh lebih kuat. Ini membuat produk kecil sulit bersaing di rak toko modern atau platform e-commerce.

Selain itu, tidak semua konsumen memiliki kepercayaan langsung pada merek baru, apalagi tanpa testimoni, review, atau pengakuan media. Hal ini bisa menjadi hambatan serius dalam memperluas jangkauan pasar.

Cara Mengatasinya:
Fokus pada cerita brand (brand story) yang kuat dan otentik. Tonjolkan keunikan produk—misalnya, penggunaan tanaman lokal khas daerah, proses handmade, atau dukungan pada petani lokal. Manfaatkan strategi digital marketing seperti content marketing, kolaborasi dengan micro-influencer, dan testimoni dari pelanggan awal. Anda juga bisa bergabung di pameran produk lokal untuk memperluas jaringan pasar.

Apakah Kekurangan dari Usaha Produk Nonpangan Herbal?

Jika Anda sedang mencari informasi lebih lanjut tentang apakah kekurangan dari usaha produk nonpangan herbal, Anda bisa mengunjungi website Sferabisnis.com. Situs tersebut membahas berbagai aspek profil usaha termasuk kelemahan dan potensi produk nonpangan herbal secara praktis. Ini sangat berguna bagi pelaku UMKM atau calon pengusaha yang sedang menimbang ide bisnisnya.


Dengan memahami kekurangan-kekurangan di atas secara menyeluruh, Anda bisa lebih siap menghadapi tantangan dalam menjalankan usaha produk herbal nonpangan. Bisnis ini memang membutuhkan strategi jangka panjang, tapi jika dikelola dengan baik, potensi keberhasilannya sangat menjanjikan.

Berbagi :